Sayyid Muhammad bin Alwy Al Maliki Al Hasi | Pelayan Ilmu di tanah Haram



[Image: sayyid-muhammad-al-maliki.jpg]
Siapa yang tidak kenal Sayyid Muhammad bin Alwy Al Maliki Al Hasani ?

setidaknya ,kita malu kalo tidak kita kenal beliau ,

beliau adalah ” Pelayan Ilmu di Tanah Haram ”
” Kehidupannya bagai pohon yang sangat rindang.Dedaunannya demikian lebat,buah – buahhannya tampak ranum dan segar,sehingga dapat dinikmati banyak orang ”

Kita mengenal banyak artis di berbagai negara ,tapi kadang kita tidak mengenal siapa orang yang dicintai oleh ALLAH SWT.

Tepat sudah pada tanggal 15 Rhamadhan 1425 / 29 Oktober 2004 M,sekitar pukul 04.30 makkah,umat islam dikejutkan dengan meninggalnya ulama yang dicintai yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani .Keluarga Al Maliki adalah salah satu ranting dari pohon besar keluarga keturunan Rosulullah SAW yang nasabnya melewati cucunda Al Hasan RA.

Kalau di Indonesia sendiri ,keluarga keturunan Rosul SAW disebut Habaib atau biasa dipanggil Habib.Mereka memeliki silsilah yang jelas dan dapat dibuktikan.Sinar yang memancar dari keluarganya adalah ayah Abuya yaitu Sayyid Alwi.Ia ulama yang mendermakan hidupnya demi ilmu dan telah mengajarkan berbagi ilmu keislaman di Masjidil Haram sejak usia 19 tahun.Selama lebih dari 40 tahun Sayyid Alwi mengajar di sana secara ikhlas tanpa bayaran sedikitpun.(Riwayatnya dalam Kitab Shafahat Musyriqah min Hayat Al-Imam As-Sayyid As-Syarif Alawi bin Abbas Al-Maliki).Bagi Umat Indonesia,kebesaran ilmu keluarga ini juga terasa.Para ulama generasi sebelumnya banyak yang menjadi murid Sayyid Alwi,ayah Abuya(Panggilan Sayyid Muhammad Al Maliki).Begitu pula K.H Hasyim Asy’ari (Pendiri NU ) murid dari kakek abuya yaitu Sayyid Abbas.

Kecerdasan beliau Sayyid Muhammad Al Maliki sejak usia 7 tahun sudah hafal Al Quran,usia 15 tahun hafal Al Muwathta’.Dan pada usia itu pula ,dengan arahan guru gurunya beliau sudah mulai mendampingi ayahnya mengajar di Masjidil Haram.

“Jadi yang dapat dipastikan dengan bukti nyata,sepanjang enam keturunan(dari mulai ayah Abuya hingga ke atasnya) adalah kalangan dari ulama besar,”kata Abuya.Pada kesempatan lainnya beliau berujar,”
Dari ayahku,kemudian datukku,dan seterusnya ,sampai Al Mukhtar(Rosulullah SAW) adalah para Sayyid yang alim.

Ayahhanda Abuya,Sayyid Alwi adalah tokoh ulama yang amat berpengaruh di masanya.Penguasa Hejaz kala itu,Raja Faisal,bila hendak membuat sebuah keputusan berkaitan dengan kota Makkah,selalu meminta nasihatnya.

Saat dewasa,ketika Abuya ( Sayyid Muhammad Al Maliki Al Hasani) pindah rumah ke Rushaifah,di jalan Al-Maliki,yang bersambung ke tepi jalan antara Makkah menuju Jeddah,rumahnya pun kembali menjadi tempat berhimpunnya para ulama seluruh dunia,khususnya saat musim haji dan umroh.Dalam kitabnya,Ath-Thali’ as-Sa’id Abuya mengatakan bahwa ia telah berguru kepada lebih dari 200 guru,baik dari halaqah di Masjidil Haram,Madrasah Tahfizh AL-Quran,Madrasah Al-Falah,Madrasah Shaulatiyyah,di Makkah,di Madinah,maupun diluar negri.Namun guru yang paling berjasa tak lain adalah ayahannda Sayyid Alwi AL-Maliki.
[Image: sayyid-Muhammad.jpg]
Beliau juga berhasil mendapatkan gelar sarjana bidang ilmu syari’ah didapat tahun 1970,abuya berhasil mendapatkan gelar master di Universitas Al-Azhar Mesir.Tak lama kemudian,Menteri pendidikan Tinggi Arab Saudi Dr.Hasan bin Abdullah Alu Syeikh memintanya untuk menjadi dosen syari’ah di Universitas King Abdul Aziz.Untuk jenjang selanjutnya Abuya pun mendaftarkan disertainya ke Universitas Al-Azhar Mesir.Isinya tentang kajian komprehensif kitab Al-Muwarhrha’.

Baru berjalan setahun,tahun 1971 sang ayah wafat.Dan tiga hari setelah ayahnya wafat,seluruh ulama Makkah yang dipelopori oleh gurunya sendiri,Syaikh Hasan Al-Masysyath memintanya untuk menggantikan posisi ayahnya.Tahun 1974 dalam usia 28 tahun disertasinya dinyatakan lulus dengan predikat Excellent(istimewa).Prestasinya ini juga mengantarkan dirinya sebagai warga Arab Saudi pertama dan termuda yang berhasil menggondol gelar doktor di bidang ilmu hadis.Setahun setelah itu,Universitas Ummul Qura,Makkah mengukuhkannya sebagai guru besar ilmu hadis.

Tanggal 6 Mei 2000,setelah memperhatikan karya-karya Abuya yang banyak (lebih dari 40 kitab ) dan sarat dengan ilmu serta kajian mendalam.Universitas Al-Azhar Mesir menyematkan gelar ustadziyah atau profesor kepadanya.Dari sekian banyak hasil karyanya,yang dianggap paling fenomenal adalah Kitab Mafahim Yajibu an Tushahhah,paham – paham yang harus diluruskan.

Kitab yang mendapat pengantar dari 40-an ulama besar dunia dari berbagai negara islam ini sekaligus menjadi jawaban atas tuduhan sesat para ulama Saudi-Wahabi terhadap dirinya,pada 1980-an Dalam sambutannya,dengan tegas mereka membela Abuya dari tuduhan sesat karena menyebarkan ajaran bid’ah dan khurafat hingga dakwahnya sempat dicekal,buku-bukunya dilarang beredar,menjadi imam dan khathib pun tak boleh.Klimaksnya,beliau pun harus hengkang ke Rushaifah,pinggiran kota Makkah.

Tak salah bila mantan Mufti Mesir,Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf,berkomentar,”Kitab ini sarat dengan informasi yang dapat digunakan umat islam sebagai landasan untuk memerangi musuh-musuhnya yang selalu menyusupkan paham-paham menyesatkan dan doktrin-doktrin penuh kebohongan terhadap ajaran islam dan umatnya.Cara itu mereka lakukan untuk mencapai cita-citanya,yaitu hancurnya islam dan lenyapnya kaum muslimin.Tetapi ALLAH SWT pasti akan tetap menyempurnakan cahaya (hidayahnya ) bagi umat islam,antara lain dengan tampilnya seorang allamah,seorang pakar yang mulia,Al Ustadz Sayyid Muhammad ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani.”

Jumat ,15 Rhamadhan setelah adzan shubuh dikumandakan dan shalat Subuh didirikan di Masjidil Haram ,tersiarlah berita ,Abuya wafat.Mendengar berita duka dari mulut ke mulut ,ribuan masyarakat mulai panik,Suasana bertambah panik ketika ribuan orang berduyun-duyun mendatangi rumah beliau untuk menyasikkan jenazah secara langsung.Kepanikan warga Makkah itu membuat macet lalu lintas.Jalan menuju Hay al Rushaifah,rumah kediamannya,padat seketika.
[Image: kematian-sayyid-muhammad1.jpg]
“Orang mulia ini wafat pada saat mulia,hari mulia,bulan mulia ,dan di kota yang mulia.”Al-Maliki termasuk orang yang disukai semua orang,itu pertanda beliau juga disukai ALLAH SWT.Wafatnya saat Rhamadhan menunjukkan beliau telah dipilih ALLAH SWT untuk mengahiri hayatnya di saat yang terbaik,” kata Dr M.Khidhir ‘ Arif,demikian sebagaimana dikutip oleh harian Ar-Riyadh.Jasadnya dikebumikan di pemakaman Al-Ma’la.berdekatan dengan makam ayahnya dan neneknya,Sayyidah Khadijah RA,istri Rosulullah SAW.

Meski dunia mengakui keluasan ilmu beliau,ia tetap menempatkan dirinya sebagai khadim (pelayan).Dalam serangkaian kata yang kerap ia tulis dibelakang namanya : khadim al-’llm asy-Syarif bi al-Balad al-Haram,”pelayan Ilmu nan Mulia (ilmu agama ) di Tanah Haram:. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eggroll Waluh khas Cepu

Materi Diskusi Hukum Tata Negara

PENGGUNAAN INTERNET UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI